Mengajar Sekolah Minggu
Kreativitas Mengajar Sekolah Minggu
A. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal – hal yang sudah ada.
Menurut kamus bahasa Indonesia kreatif adalah: memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan.
Sedangkan menurut Guilford bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang menciptakan suatu karya dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal – hal yang sudah ada.
B. Pengertian Guru
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Guru? Guru adalah suatu profesi yang tidak kalah dengan pekerjaan lain. Guru adalah seorang pendidik yang menghantar keluar suatu generasi dari ketidaktahuan dan ketidak-dewasaan.
Guru berasal dari bahasa sanskarta yaitu gabungan kata dari ‘ gu ‘ dan ‘ ru ’ yang berarti kegelapan ( darkness ) dan terang / light. Jadi guru adalah penerang kegelapan.
Sedangkan menurut ketentuan undang – undang RI No.14 Thn.2005 dalam bab I pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa:
Guru adalah pendidik professional dalam tugas uatama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru dalam hal ini adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar atau seorang yang mempunyai profesi sebagai pengajar. Berbeda dengan Guru sekolah minggu di sini Guru berkewajiban untuk mengajar anak didik, memperdalam pengetahuan tentang Firman Tuhan, supaya dengan pengetahuan tersebut anak didik dapat hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Dengan demikian menurut penulis Guru sekolah minggu mengandung pengertian yang mendalam, yaitu dapat membina kerohanian seseorang berdasarkan pada Firman Allah yang merupakan otoritas tertinggi yang dapat menentukan dan membimbing orang kepada keselamatan yang kekal di dalam Yesus Kristus.
Sebagai orang Kristen, Guru terpanggil untuk bertumbuh ke arah pengenalan yang semakin mendalam dan sempurna tentang pribadi Yesus Kristus (bd. Kol.2:6-7; Gal 2 : 19). Pengenalan tentang pribadi Yesus Kristus akan memungkinkan semakin memahami kehendak Allah, karena Yesus Kristus adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh. 1:18;14:16). Yesus adalah Guru Agung menjadi teladan bagi Guru sekolah minggu. Yesus sebagai Juruselamat itulah yang perlu ditawarkan pada anak sekolah minggu. Sehingga mereka mengalami perjumpaan dengan Kristus.
C. Sekolah Minggu
1. Sejarah sekolah minggu
pada abad ke-18, seorang wartawan inggiris bernama Robert Raikes, digerakkan oleh rasa cinta kepada anak-anak, membuat suatu yang akhirnya mendorong lahirnya pelayanan sekolah minggu.
Pada masa akhir abad ke-18, inggris sedang dilanda krisis ekonomi yang sangat parah, karena itu anak – anak dipaksa bekerja guna mendapatkan penghidupan yang layak. Wartawan Robert Raikes mendapat tugas untuk meliputi berita tentang anak – anak gelandangan di Gloucester bagi sebuah harian ( Koran ) milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat memperhatikan sebab anak-anak gelandangan itu harus bekerja dari hari senin sampai sabtu. Hari minggu adalah satu-satunya hari libur bagi mereka yang dihabiskan untuk bersenang-senang. Tapi mereka tidak pernah mendapat pendidikan ( karena tidak bersekolah ), anak – anak itu menjadi sangat liar. Mereka minum – minum dan melakukan berbagai macam kenakalan dan kejahatan.
Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak-anak tersebut dengan mengundang mereka untuk berkumpul disebuah dapur milik Meredith di kota Scooty Alley. Selain mendapat makanan, di sana mereka juga diajarkan sopan santun termasuk membaca dan menulis. Tapi hal yang paling indah yang diterima anak – anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar cerita-cerita Alkitab. Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak yang datang dalam keadaan kotor dan berbau. Namun, dengan cara mendidik dan disiplin, kadang dengan pukulan rotan yang dilakukan dengan penuh cinta kasih, anak-anak itu akhirnya belajar untuk mau dididik dengan baik, sehingga semakin lama semakin banyak anak yang datang ke dapur ibu Meredith. Semakin banyak Guru yang disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan menulis tapi juga Firman Tuhan; perjuangan yang sangat sulit tapi melegakan. Dalam waktu empat tahun sekolah yang diadakan pada hari minggu itu semakin berkembang bahkan di kota-kota lain di inggris. Jumlah anak-anak yang datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh inggris.
Mula-mula, Gereja tidak mengakui kehadiran gerakan sekolah minggu yang dimuai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen di Inggris, juga atas bantuan John Wesley ( pendiri Gereja Methodis ), akhirnya kehadiran sekolah minggu diterima oleh Gereja. Mula-mula hanya Methodis, namun akhirnya juga diakui oleh Gereja-Gereja Protestan lain. Ketika Robert Raikes meninggal dunia tahun 1811, jumlah anak yang hadir di sekolah minggu di seluruh inggris mencapi lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi social, tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan.
Gerakan sekolah minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar berbagai tempat di dunia, termasuk Negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika, dan dari pada Misionaris yang pergi melayani ke negara-negara Asia. Akhirnya pelayanan anak melalui sekolah minggu juga hadir di Indonesia.
2. Syarat menjadi Guru Sekolah Minggu
Tuhan tidak memilih orang berdasarkan kepandainya, kebaikannya, atau kemampuannya untuk menjadi pelayananNya. Namun demikian tidak boleh diartikan bahwa orang yang terbaik tidak perlu menjadi pandai. Perlu direnungkan ayat-ayat Firman Tuhan berikut ini: “ janganlah banyak diantara kamu mau menjadi Guru; sebab kita tahu bahwa sebagai Guru akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat “ (Yak.3:1). “seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan” (2 Tim.2:24). Mereka (diaken/pelayan Tuhan) juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah tak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah” (Tit.1:7).
Dari beberapa ayat-ayat di atas, dapat diketahui bahwa Tuhan memiliki tuntutan yang cukup tinggi bagi orang yang ingin melayaniNya. Demikian juga Guru-guru Sekolah Minggu, yang adalah hamba-hamba Tuhan. Di atas bahu Guru Sekolah Minggu tergantung masa depan generasi penerus jemaat/Gerega Tuhan. jikaTuhan telah memanggil seseorang untuk menjadi Guru Sekolah Minggu, Tuhan berhak membentuk dan memperlengkapi orang tersebut dengan kemampuan yang sesuai dengan panggilan yang telah Ia berikan. Tapi ini semua merupakan proses sehingga tidak berarti seorang Guru harus sudah memiliki semua kemampuan terlebih dahulu baru boleh menjadi Guru Sekolah Minggu. Roh Kudus akan terus menerus memimpin hidup Guru Sekolah Minggu supaya hidupnya semakin hari menjadi semakin sempurna seperti Kristus.
Secara ideal, berikut ini adalah syarat-syarat dasar yang harus diusahakan untuk dimiliki seorang Guru Sekolah Minggu menurut Mary GD.Setiawani, sebagai berikut:
a. Memiliki Hati yang Baru Dalam Tuhan
Guru Sekolah Minggu haruslah seorang yang rohnya telah diperbaharui oleh Roh Kudus atau sudah lahir baru (Yoh3:1). Guru Sekolah Minggu yang mengenal Tuhan Yesus secara pribadi dan sungguh-sungguh mengalami kasihNya yang luar biasa akan dengan mudah menceritakan kepada anak-anak yang dilayaninya siapakah Yesus yang sesungguhnya (2Kor.5:17)
b. Memiliki hati yang lapar
Guru Sekolah Minggu haruslah seorang yang rindu memiliki hati yang selalu lapar dan haus akan Firman Tuhan (Yoh.6:35). Dan siap menjadi berkat karena hidupnya adalah seperti aliran air yang tidak pernah kering.
c. Memiliki hati yang taat
Hidup seorang Guru Sekolah Minggu adalah Kristus. Karena itu, hidupnya adalah hidup yang taat sebagai hambay yang setia san rela menjalankan apa yang dikehendaki oleh tuannya (Gal.2:20-21)
d. Memiliki hati yang disiplin
Guru sekolah minggu harus bergumul untuk memiliki hati yang disiplin dan tidak tergoyahkan karena kesulitan. Guru juga harus berani memaksa diri untuk tidak hanyut dalam kejenuhan karena rutinitas belajar dan mengajar. Hati yang disiplin akan menolong untuk senantiasa melayani secara konsisten, berapi-api, dan terus memberikan kemajuan (Rom. 12:1)
e. Memiliki hati yang mengasihi
Guru sekolah minggu yang telah mengalami kasih Tuhan akan sanggup mengasihi anak-anak didiknya, sekalipun kadang mereka nakal, bandal dan sulit dikasihi. Setiap anak berharga dimata Tuhan, kasih Tuhan akan memungkinkan para guru sekolah minggu untuk mau berkorban dan terus mengasihi dengan kasih yang tanpa pamri karena pelayanna didorong oleh motivasi yang benar, yaitu mengasihi Tuhan dan anak didiknya (Yoh. 3:16).
f. Memiliki hati yang beriman
Guru sekolah minggu harus senantiasa bersandar pada Tuhan dan bukan pada kekuatannya sendiri (Ams. 3:5). Harus diingat bahwa hidup ini bukanlah hidup karena melihat, tetapi karena percaya bahwa semua kekuatan datangnya dari Dia yang memberinya dengan berkelimpahan.
g. Memiliki hati yang mau diajar
Sebelum guru sekolah minggu melayani dan mengajar anak-anak, mereka harus terlabih dahulu mau belajar dan dilatih dengan pokok-pokok kebenaran Firman Tuhan (1 Tim. 4:6). Guru yang baik adalah juga murid yang baik dalam kebenaran. Oleh karena itu, seorang guru harus rendah hati bersedia dikritik dan ditegur supaya ia bisa terus lebih baik.
h. Memiliki hati yang suci
Hidup suci adalah modal utama bagi seorang pelayan Tuhan yang ingin memberikan teladan hidup yang benar dan berkenan kepada Tuhan (1 Tim. 4:12). Seorang pelayan Tuhan termasuk guru sekolah minggu tidak akan membiarkan hidupnya dikotori oleh kebiasaan buruk dan perbuatan-perbuatan dosa yang akan mempermalukan nama Tuhan.
3. Kewajiban dan tanggungjawab Guru sekolah minggu
Seorang guru sekolah minggu baru dapat disebut guru yang baik apabila dia dengan sepenuh hati mau melaksanakn kewajiban dan tanggung jawabnya.menurut Mary G.D ada 7 (tujuh) hal yang dituntut dari seorang guru sekolah minggu.
a. Mengajar (Teaching)
Yang disebut mengajar adalah suatu proses belajar mengajar (teaching learning prosccess). Di dalam proses belajar mengajar ini, guru harus dapat mewujudkan perubahan dalam diri murid, baik perubahan dalam pengetahuan, pemikiran maupun sikap atau tingkah laku. Melalui Alkitab Paulus menyebutkan dalam kehidupannya sebagai pengajar (1 Tim 2:7), ia menjadi alat Roh Kudus untuk mewujudkan perubahan atas diri orang lain: yang tadinya tidak percaya menjadi percaya, yang tidak memahami kebenaran menjadi memahami kebenaran;yang tadinya menentang sekarang taa.
b. Menggembalakan (shepherding)
Nabi Yehezkiel menegur gembala pada jaman itu yang tidak menunaikan kewajibannya dengan baik. Berbeda dengan Tuhan Yesus, seorang gembala yang baik itu guru sekolah minggu harus meneladani Yesus dalam mengembalakan domba-domba kecil-Nya. Seorang gembala mempunyai hati yang rela berkorban. Meskipun menghadapi kesulitan, ia tidak akan meninggalkan dan membiarkan domba-dombanya sendirian; ia juga mengenal setiap domba-Nya, bahkan bersedia membawa domba yang masih berada di luar untuk masuk ke dalam kandang-Nya (Yoh. 10:11-18), Ia pun wajib menyediakan makanan Rohani untuk kebutuhan domba-Nya, termasuk kebutuhan intelektual, emosi dan mental.
c. Kebapaan (Fathering)
Paulus berkata, “sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Krisuts Yesus, kamu tidak mempunyai banyak Bapa. Karena Akulah yang dalam Kristus telah menjadi Bapamu oleh Injil yang kuberikan kepadamu.” Banyak guru yang dapat memberi nasehat dan menegur, namun sedikit diantara mereka yang dapat merangkul, membesarkan dan mendidik murid-murid-Nya dalam Injil seorang guru bukan hanya dapat menggurui, tapi juga dapat memberikan hati dan hidupnya sebagai seorang bapa yang mengasihi anaknya (1 Kor 4:15).
d. Memberikan taladan (Modeling)
Paulus selaku guru, sangat berani menuntut orang-orang Kristen untuk meneladaninya, sebgaimana ia telah meneladani KRistus (Fil. 3:17). Paulus menasehati Timotius, “jangan seorangpun menggangap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataan, dalam tingkah lakumu dalam kasihmu, kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Tim. 4:11-13). Seoramg guru akan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap muridnya apabila ia terus memberi masukan positif yang dapat ditiru, baik dalam cara berpikitrya maupun tutur katanya. Oleh karena itu, seorang guru perlu selalu memperhatikan dirinya sendiri apakah ia patut menjadi teladan yang baik bagi muridnya (2 Tes 3:7).
e. Menginjili (evangelizing)
Selaku guru, Paulus mengajar orang mempercayai Kristus sebgai ssasaran utamanya, demikian juga seharunya seorang guru sekolah minggu. Mengajar bukan hanya mengisi murid dengan kebenaran yang bersifat kognitif saja, tetapi terutama mengisi kebutuhan mereka dengan kasih dan iman yang menyelamatkan. Karena itu, bawalah anak-anak didik untuk mendegar berita injil supaya keselamatan sampai kepada jiwa mereka (1 Tim 2:7)
f. Mendoakan (Praying)
Kewajiban lain dari seorang guru sekalah minggu adalah mendoakan muridnya 1 per satu dengan meyebutkan nama dan kebutuhan mereka sehingga tau apa yang harus didoakan; apakah itu keluarganya, sekolahnya atau leingkungan masyarakat tempatpergalulan mereka, dan lain-lain. Mereka sangat membutuhkan pertolaingan Allah, dan andalah yang akan ikut memeprjuangkannya (2 Tes 1:11-12).
g. Meraih kesempatan (Cathing)
Satu hal penting lain yang harus dipenuhi oleh guru sekolah minggu adalah meraih kesempatan. Manusia di dunia ini tidak hidup dalam kekekalan. Kesempatan hanya sekejap dan dalam waktu yang tidak diduga. Bila guru sekolah minggu sanggup memanfaatkannya, walaupun mungkin hanya dengan sepatah kata atau satu sikap, mungkin juga dengan satu doa syafaat, hal ini dapat memenbrikan pengaruh kekal bagi murid-muridnya. “beritakanlah Firman Tuhan, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegrolah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (2 Tim 4:2).
Dari penjelasan di atas, teladan yang paling utama bagi seorang guru sekolah minggu dalam mengajar adalah Tuhan Yesus Kristus yang adalah guru agung.
D. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu Guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat Peraga sering di sebut Audio Visual, dari pengertian Alat Peraga yang dapat diserap oleh mata dan telinga.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa Alat Peraga adalah suatu alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit, alat peraga adalah salah satu alat bantu yang digunakan Guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien
E. Pengertian Minat
Minat adalah gejala pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu yang di dahului perasaan senang terhadap obyek tersebut.
Pengertian minat adalah dalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Jadi penulis dapat simpulkan minat adalah suatu dorongan hati yang tinggi terhadap sesuatu, atau rasa ingin tahu seseorang terhadap sesuatu
F. Pengertian Belajar
Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan sehari-hari. Di masyarakat penggunaan istilah seperti belajar membaca, berhitung bahkan masih banyak penggunaan istilah ini yang sifatnya lebih umum.
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas dan usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkunganya untuk merubah prilakunya.
Belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau Ilmu.
G. Anak dalam pandangan Alkitab
1. Pelayanan Anak Masa Perjanjian Lama
Kalau menelusuri kembali zaman Perjanjian Lama, maka sebenarnya Alkitab telah memberikan perhatian yang serius terhadap pembinaan rohani anak. Pada masa pembinaan rohani anak dilakukan sepenuhnya dalam keluarga (Ul.6:4-7). Sebelum usia lima tahun anak telah didik oleh orangtuanya untuk mengenal Allah Yahweh. Pada masa pembuangan di Babilonia (500 SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab untuk membangkitkan kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, maka dibukalah tempat ibadah Sinagoge tempat mereka dapat belajar Firman Tuhan kembali, termasuk diantara mereka adalah anak-anak kecil. Orangtua wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah lima ke Sinangoge. Di sana mereka dididik oleh Guru-guru sukarelawan yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksiman 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan Guru menjadi fasilator yang selalu siap sedia menjawab pertayaan-pertayaan mereka.
2. Pelayanan Anak Masa Perjanjian Baru
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang ke Babilonia diijinkan pulang ke Palestina, mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah Sinagoge ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru. Sebagaimana anak-anak Yahudi yang lain, ketika masih kecil Tuhan Yesus juga menerima pengajaran Taurat di Sinagoge. Pada usia dua belas tahun Yesus sabggup bertanya jawab dengan para ahli taurat di Bait Allah. Tradisi mendidik anak perlahan-lahan tidak lagi dipusatkan di Sinagoge tetapi sekarang ini disebut Gereja, tempat jemaat Tuhan berkumpul.
3. Rencana Tuhan Bagi Anak-anak
Rencana Tuhan terhadap manusia meliputi rencana Tuhan terhadap anak-anak juga. Dalam kejadian 1:28, Tuhan memerintahkan manusia untuk berkembang dan bertambah banyak. Tuhanlah yang membentuk manusia sejak dia masih bakal anak di dalam kendungan ibunya, sekaligus merancang kehidupan yang akan dilaluinya (Mzm.139). tuhan juga ingin memulihkan bangsa Israel dengan ,membentuk generasi baru yang bias masuk ke tanah Kanaan (Bil.21:4-9). Tuhan juga merencanakan pembangunan Yerusalem baru yang penuh dengan anak-anak laki-laki dan perempuan yang bermain di jalanan ( Zak.8:3).
Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, anak-anak yang lahir telah mewarisi dosa (Mzm. 51:7), dan anak-anak juga akan menghadap tahta pengadilan Allah (Why.20:12-15). Oleh karena itu, anak-anak juga membutuhkan keselamatan dari Tuhan (Mat. 18:14). Melalui kuasa kelahiran baru Roh Kudus, Tuhan memberikan rencana baru bagi manusia, termasuk anak-anak. Mereka akan bertumbuh menjadi milik kepunyaaNya dan berkarya bagi kemulian-Nya (Rm.11:36).
Anak-anak yang memiliki hati yang lemah-;embut merupakan tanah yang baik dan ladang yang paling cocok untuk ditanami kebenaran Allah. Alkitab pun mencatat bahwa anak-anak dapat memperoleh keselamatan dari Tuhan, bahkan orang dewasa patut meneladani sikap anak-anak ini (Mrk.10:15)
4. Pertumbuhan Anak berdasarkan Usia
Agar dapat melayani anak Sekolah Minggu lebih efektif dan menyenangkan, maka Guru Sekolah Minggu perlu memahami tahapan perkembangan anak usia 7-11 tahun. Tahapan usia anak menurut Singgih. D. Gunarsa adalah sebagai berikut:
a. Anak usia 1, 1-3 tahun: anak pada usia ini mulai merasakan adanya keberhasilan. Pertumbuhan fisik anak telah memungkinkan melakukan gerak-gerik, berjalan dan berlari-lari dengan bebas. Anak merasa dan ingin melakukan sendri karena memang sudah biasa. Ia mulai melatih diri, mencoba kemampuan dan kemaunannya. Guru sekolah minggu harus memberikan kebebasan mereka, kalau tidak dia biasanya akan menangis dan menjerit (untuk meningkatkan pertumbuhan emosinya anak seperti ini jangan sering dilarang apalagi dibentak, tetapi di awasi dan dijaga serta iarahkan secara lembut)
b. Anak berusia 3-5 tahun: anak pada usia ini ingin bebas dari orangtuanya dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Tidak lagi tergantung melainkan sudah mempunyai inisiatif untuk melakukan sesuatu. Ia telah mengetahui kemampuan dan keterbatasanya dan ia bias menhayal nmengenai apa yang akan dilakukannya. Ia bisa mengambil inisiatif untuk sesuatu tindakan yang dilakukan, meskipun seringkali apa yang dilakukan tidak berkenan bagi orangutannya. Pada usia ini guru sekolah minggu harus memperhatikan beberapa hal: perlu menunjukkan perbuatan dan mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan untuk menunjukkan nahwa tindakannya salah sehingga si anak tahu dan tidak melakukannya lagi.
c. Anak usia 5-7 tahun
Anak pada masa ini akan melakukan apa yang diingini dan dikuasai oleh dorongan-dorongan dari dalam melainkan harus menyesuaikan aturan permainan. Hal ini menunjukkan tumbuhnya pengertian akan batasan yang harus diikuti dan tidak. Anak biasanya mulai mengembangkan disiplin diri dan menyadari bahwa tingkahlaku yang tidak menyenangkan bagi orang lain, diri sendiri, bahkan menghadapi hukuman. Dalam hal ini Guru Sekolah Minggu secara bertahap harus melatih anak agar bias menguasai diri dan mau menerima perntah-perintah.
d. Anak usia 7-11 tahun: anak pada masa ini pengaruh lingkungan menjadi lebih luas, teman-teman bertambah. Biasanya anak menhdapi disiplin yang lebih ketat (disekolah). Biasanya anak pada usia ini melakukan dan menolak sesuatu berdasarkan alasan yang dapat diterima, Guru Sekolah Minggu harus memberikan alasan yang tepat, rasional atau dapat diterima oleh anak.
Secara psikolgis anak usia 7-11 tahun. Abubakar Baraja mengatakan dalam bukunya psikologi perkembangan ada dua tahapan yang terjadi dalam diri anak yang serusia 7-11 tahun yaitu:
f. Tahapan Kognitif Operasional Konkrit
Dimulai usia 7 sampai dengan 11 tahun. Pada tahapan ini merupakan perpindahan dari berpikir pra-operasional menjadi berpikir operasional konkrit. Dalam tahapan ini anak mulai menggunakan bentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka milik, yaitu sewaktu anak dalam tahapan-tahapan sebelumnya yang membentuk pengertiannya. Dalam pengertiannya anak sudah dapat melihat sudut pandang dengan berbagai pendangan atau dengan kata lain melihat dimensi sekaligus dan juga dapat menghubungkan dimensi satu dengan dimensi yang lain. Untuk melakukan konservasi pada thapan ini anak mulai mampu menyelesaikannya dengan baik. Kemanapun konversi yang dimiliki baru terbatas pada bentuk konkrit, seperti apabila anak dihadapi dengan suatu msalah secara verbal tanpa ada bukti yang dapat dilihat bentuk konkritnya, maka ia belum mampu menyelesaikan masalah itu dengan baik.
Dengan kemampuan melihat berbagai dimensi, anak dapat menyapaikan sesuatu dengan mengurangi, menambah dan mengubah sesuatu informasi yang diterimanya. Karena anak sudah dapat memecahkan masalah secara logis. Dalam mengklasifikasi bentuk dan warna atau sesuatu, mana yang di dahulukan mana yang untuk disampaikan anak pada tahap akhir telah mampu melakukannya.
Jadi anak sudah mengerti apakah sesuatu itu baik bagi dirinya dan apakh sesuatu itu buruk untuk dirinya. Maksud dari klasifikasi adalah ia berusaha memilah-milah sesuatu yang akan dilakukan sesuai dengan yang diketahuinnya. Dengan operasional konkrit ini anak belajar membentuk system logika. Kemampuan kognitifnya meningkat beriringan dengan meningkatnya kosnsentrasi. Anak berimajinasi dan berpikir dengan situasi-situasi konkrit. Pada akhir tahapan ini, anak mulai meyadari adanya peraturan, misalnya dalm permainan atau bermasyarakat. Anak melakukan suatu tidakan akan berpikir lebih dahulu.
g. Secara rohani anak usia 7-12 tahun ,
Pada usia ini anak mulai meniggalkan egosentrisnya yang dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis. Namun dalam menyapaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
H. Kreatifitas Guru dalam menggunakan alat peraga, dapat meningkatkan minat belajar anak terhadap Firman Tuhan.
Dalam suatu kegiatan Sekolah Minggu tentunya sebagai seorang pengajar atau Guru ingin anak-anak didiknya mengerti Firman Tuhan yang disampaikan setiap minggunya bahkan ingin anak-anak didiknya memiliki minat Belajar akan Firman Tuhan. Oleh sebab itu sebagai seorang Guru harus memiliki Kreatifitas. Alat peraga adalah salah satu alat bantu yang dapat menolong Guru saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
Berikut mamfaat Alat Peraga:
1. Menyampaikan suatu konsep dengan bentuk yang baru
Menolong siswa untuk menerima suatu konsep yang jelas dengan cepat, dapat meransang pikiran, dan dapat memberikan penjelasan yang baru dan nyata
2. Mempertahankan konsentrasi.
Alat Peraga adalah salah satu metode yang variatif yang dapat merangsang minat belajar siswa, sehingga tetap konsentarsi pada pelajaran
3. Mengajar dengan cepat dan mudah.
Waktu dalam menyampaikan materi terbatas. Dengan bantuan alat peraga, guru dapat menjelaskan dengan waktu yang lebih singkat dan mudah serta dapat mencapai hasil mengajar dengan lebih cepat.
4. Mengatasi masalah keterbatasan Wilayah.
Perbedaan kebudayaan juga dapat menimbulkan pemahaman yang salah, alat peraga dapat mengatasi masalah ini, melalui Alat Peraga anak dapat melihat langsung sehingga menolong anak untuk mengerti.
5. Mengatasi masalah keterbatasan bahasa.
Kemampuan anak-anak untuk mengerti bahasa sangat terbatas, banyak istilah-istilah yang anak-anak tidak dapat mengerti, namun bila dijelaskan dengan gambar dapat menolong anak-anak didik.
6. Menambah Daya Pengertian.
Melalui indera penglihatan dan pendengaran, murid dapat mengerti pelajaran dengan memahami perbedaan waktu, warna dan bentuk. Dengan demikian hal itu akan menambah daya pengertian murid.
7. Menambah kesegaran dalam mengajar
Cara mengajar yang monoton membuat anak merasa bosan, tetapi apabila disampaikan dengan bentuk yang berbeda-beda akan memberikan kesegaran pada murid, menambah suasana belajar yang menyenangkan dan mampu membangkitkan minat belajar anak. Pemamfaatan alat peraga harus bervariasi, supaya di tengah suasana yang segar dan menyenangkan anak dapat mempelajari materi dengan lebih efektif.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Kreatifitas Guru dalam menggunakan alat peraga dapat meningkatkan minat Belajar anak, serta membantu proses belajar lebih efektif dan efisien. Pemakaian Alat Peraga dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang dalam , namun perlu diperhatikan pemakaian Alat Peraga perlu seimbang, perlu adanya variasi setiap minggu, sehingga anak mendapat sesuatu yang baru setiap minggu, hal ini akan membangun rasa ingin tahu anak dari minggu ke minggu. Dengan demikian mencegah anak bosan, dalam memilih Alat Peraga, guru perlu kreatif dan waspada, sehingga tidak memakai:
a. Media mengajar yang terlalu kecil, sehingga anak sulit melihat, dan menjadi ribut
b. Gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, misalnya gambar-gambar aneh dan lucu yang kurang cocok dengan Indonesia. Sebab perasaan aneh dan lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
c. Dalam memilih alat peraga sebaiknya sesuai/ cocok dengan materi yang akan disampaikan, Karena alat peraga adalah salah satu alat bantu yang dapat menolong anak mengerti materi yang akan disampaikan sehingga memilih alat peraga yang sesuai dengan tema akan mempermudah anak mengerti materi.
Berikut beberapa jenis-jenis alat peraga yang dapat digunakan sekolah minggu
1. Gambar-gambar
Gambar-gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya paling dikenal dan sering dipakai, karena disenangi oleh anak berbagai umur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak memerlukan waktu banyak untuk persiapan. Jika digunakan untuk mengulangi cerita minggu lalu, gambar harus dipasang sebelum anak datang. Tetapi apabila gambar akan digunakan pada saat guru bercerita, maka gambar ditempel pada saat peristiwa gambar diceritakan, namun jika gambar digunakan untuk memperdalam cerita ditempel sesudah bercerita.
2. Peta
Anak-anak harus mengetahui sejarah-sejarah dalam Alkitab. Peta bias menolong mereka mempelajari bentuk dan letak Negara-negara dan kota-kota yang disebut dalam Alkitab. Dan perlu diperhatikan penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak kelas besar. Cara pemakainannya adalah peta dipasang pada dinding sebelum anak masuk ke kelas sehingga guru dengan bebas dapat menunjukkan tempat yang disebut pada waktu menyapikan cerita. Contoh beberapa peta yang dibutuhkan oleh guru sekolah minggu yaitu:
a. Mesopotamia dan kanaan pada masa Abraham
b. Pembagian tanah kanaan pada kedua belas suku
c. Palestina pada masa Tuhan Yesus
d. Asia kecil dan eropa pada masa pelayanan Paulus.
3. Papan tulis
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai saranan mengajar. Papan tulis dapat diterima di mana-mana sebagai alat peraga yang sangat efektif. Namun perlu diperhatikan dalam menggunakan papan tulis sebagai alat peraga, hindarkan detil yang terlalu banyak, jangan menghalangi pemandangan, bicaralah sambil mneulis tetapi jangan berbicara dengan menghadap ke papan tulis, dan pakailah bagan atau grafik bilamana mungkin.
4. Boks pasir
Kelas kecil dan kelas besar biasanya sangat menggemari peragaan yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat dipakai untuk menciptakan ‘ peta’ khususnya bagi anak kelas tengah karena pada umur tersebut sudah mengetahui jarak dari desa ke desa. Melalui boks pasir dapat membentuk gunung dan lembah danau (memakai kaca), sungai yang mengalir (dari kain atas kertas biru), orang-orangan (dibuat dari kertas manila), pohon dan tumbuh-tumbuhan (gunakan daun, tumbuhan kecil).
Mengajar dengan alat peraga memang lebih menuntut guru. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan, juga perlu kesediaan berkorban secara meteril, dan sangat memerlukan guru yang kreatif baik dalam menggunakan alat peraga, maupun dalam memilih alat peraga yang akan digunakan. Masih banyak alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar tergantung bagaimana kreatifitas guru, karena alat juga dapat diciptakan sendiri maupun di kombinasi dengan yang sudah ada. Dengan memakai alat peraga secara tepat, akan menanamkan kesan yang jauh lebih dalam, dapat merangsang minat belajar anak, bahkan dapat mempengaruhi seluruh hidup anak.
Dunia anak adalah dunia bermain sambil belajar, Guru Sekolah Minggu dapat menggunakan alat peraga sebagai sarana untuk belajar sambil bermain. sekolah minggu tidak lagi hal yang membosankan bagi anak, namun sesuatu hal menarik, meskipun banyak hal-hal yang menarik yang mereka lihat yang tawarkan oleh dunia. Dengan demikian anak-anak sekolah minggu akan bertumbuh menjadi anak yang kokoh di dalam Tuhan. Inilah kerinduan Tuhan bagi anak-anak itu, sebaiknya sebagai guru sekolah minggu ini juga yang menjadi kerinduannya, sehingga meskipun banyak tantangan dalam mengajar anak-anak, tidak akan goyah tetap menjalankan pangglian sebagai hamba yang melayani khususnya untuk anak-anak.
Sumber;http://ricky-waldo.blogspot.com/